"), auto;}

Kamis, 10 Oktober 2013

Pemeriksaan Evaluasi Fertilitas

Diposting oleh dunia kebidanan di 22.17 2 komentar
Pemeriksaan diawali dengan anamnesis riwayat medis suami dan istri. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk mengevaluasi fertilitas lebih lanjut, seperti:
Untuk Pria

  • Analisis air mani - untuk mengetahui kualitas dan kualitas sperma (volume, viskositas/kekentalan air mani, jumlah sperma, dan motilitas sperma)
  • Biopsi testis - bila diperlukan
Untuk Wanita
  • Tes darah - untuk mengukur kadar hormon; biasanya dilakukan dalam kurun waktu 3 hari pertama siklus menstruasi
  • Tes pasca senggama (Post Coitus Test/PCT) - untuk menganalisis lendir serviks yang dikumpulkan dalam waktu 2-8 jam sesudah koitus untuk mengetahui interaksi sperma dangan lendir serviks, juga untuk menilai ada tidaknya radang panggul yang disebabkan oleh bakteri
  • Histerosalpingogram (HSG) - untuk mengetahui kondisi uterus dan tuba falopi
  • Pemeriksaan panggul (pelvic exam) - untuk memariksa ada tidaknya kelainan atau kista pada uterus
  • Biopsi endometrium - untuk mengetahui kesiapan endometrium (sesudah ovulasi) untuk terjadinya kehamilan
  • Ultrasonografi (USG) - untuk menentukan ketebalan lapisan uterus guna mengindikasikan ada tidaknya gangguan hormonal, memantau perkembangan folikel dan pelepasan sel telur, mengetahui ada tidaknya tumor, kista ovarium, atau ketidaknormalan bentuk uterus
  • Laparoskopi atau histeroskopi - dapat memvisualisasikan secara langsung adanya adesi (perlengketan), endometriosis, dan berbagai masalah dalam uterus dan tuba falopi
Umumnya jadwal pemeriksaan di atas dilakukan berdasarkan siklus menstruasi - sebelum, selama, atau sesudah ovulasi. Onset ovulasi dimonitor dengan mengukur suhu basal tubuh tiap pagi atau pengamatan lendir vagina
Melalui metode pemeriksaan di atas, penyebab infertilitas pada sebagian besar (80-90%) pasangan diketahui berhasil diketahui.

Pengobatan dan Terapi
Terapi infertilitas dapat mencakup edukasi dan konseling, pengobatan untuk mengatasi infeksi atau merangsang ovukasi, atau prosedur bioteknologi seperti metode inseminasi buatan dan fertilisasi in fitro (metode bayi tabung)
  • Antibiotik, digunakan jika infertilitas hanya disebabkan oleh mikroorganisme/bakteri
  • Pil atau injeksi fertilitas untuk merangsang terjadinya ovulasi jika penyebab infertiltas adalah gangguan ovulasi, misalnya anovulasi.
  • pembedahan direkomendasikan untuk mengatasi kelainan pada uterus, seperti fibroma, polip, adesi (perlengketan), atau  kelainan kongenital, dan obstruksi pada tuba falopi.
Dengan terapi infertilitas yang sesuai, baik monoterapi atau kombinasi, sebanyak 50-60% pasangan berhasil hamil.

Teknologi Reproduksi Buatan (Assisted Reproductive Techniques/ART)
ART biasanya dilakukan jika masalah infertilitas gagal diatasi oleh metode-metode terapi di atas. Beberapa contoh diantaranya yaitu:
Inseminasi buatan oleh suami (Artificial Insemination by Husband/AIH), direkomendasikan jika komposisi kimiawi dari lendir vagina tidak dapat mempertahankan kelangsingan hidup sperma atau jika pengobatan tidak berhasil memperbaiki jumlah atau motilitas sperma. Dengan cara ini, sperma suami dimurnikan terlebih dahulu lalu diinjeksikan secara langsung ke dalam uterus sang istri.

Fertilisasi in vitro (In Vitro Fertilization/IVF) dapat direkomendasikan jika ditemukan kelainan parah pada tuba dan kondisi tersebut tidak dapat diatasi dengan pembedahan.

Untuk kasus infertilitas pria yang parah, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan kombinasi metode IVF dengan ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection), yang merupakan prosedur laboratorium dimana sperma diinjeksikan langsung kedalam indung telur.

Inseminasi donor, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan pada pasangan suami istri yang mengalami infertilitas karena azoospermia (tidak adanya sperma yang terkandung dalam ejakulasi cairan mani).

Metode Keluarga Berencana
Biasanya istilah "Keluarga Berencana"(KB) dihubungkan dengan metode kontrasepsi (penundaan kehamilan) tetapi sebanarnya istilah ini juga digunakan untuk pasangan yang ingin memperoleh anak.
Metode KB alamiah dengan menggunakan siklus menstruasi dan menghitung masa subur (ovulasi) memiliki keuntungan ganda, karena selain bermanfaat mengatur jumlah kehamilan juga membuat akseptor memahami sistem reproduksi tubuhnya sendiri. Seorang perempuan, jika memiliki siklus haid teratur, biasanya akan mengalami ovulasi secara berkala, yaitu 14-16 hari sebelum siklus haid berikutnya. Tetapi ini hanya sebagai kisaran saja, dengan pertimbangan bahwa siklus haid normal berlangsung tiap 26 hingga 32 hari sekali. setiap akseptor KB alamiah dianjurkan untuk menghitung waktu ovulasinya yang tepat selama 3-6 bulan berturut-turut. Dengan demikian, masa subur dan masa tidak subur dapat ditentukan dengan jelas.
Bagi pasangan yang sulit memperoleh keturunan, kesempatan terjadinya konsepsi dapat dioptimalkan dengan menghitung/mengetahui masa subur (ovulasi). Sebaliknya, beberapa pasangan mengalami kegagalan dengan metode KB alamiah, hal ini mungkin disebabkan karena si istri memiliki masa subur yang lebih lama dari normal, sehingga lebih mudah hamil. Selain itu, perempuan yang memiliki siklus haid pendek juga cenderung lebih sering mengalami ovulasi sehingga masa subur mereka dalam satu tahun relatif lebih banyak.

Bilamana Kontrasepsi Oral Merupakan Kontra indikasi mutlak?
Seorang wanita tidak boleh menggunakan kontrasepsi oral, bila:
  • Memiliki kebiasaan merokok dan berusia >35 tahun
  • Positif mengidap penyakit hati atau tumor hati
  • Mengalami hipertrigliseridemia (kadar trigliserida darah yang tinggi)
  • Mengidap diabetes disertai gangguan pembuluh arteri
  • Mengidap hipertensi yang tidak diobati/tidak terkontrol
  • Mengalami pembekuan darah dalam pembuluh darah
  • Pernah mengalami stroke
  • Mengidap penyakit jantung
  • Diketahui mengidap kanker payudara atau kanker rahim
  • Pernah mengalami ikterus dalam kehamilan
 

Seputar Kebidanan Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei